Oleh: Dr. Guspianto, SKM., MKM

Kita umat Islam di seluruh dunia saat ini tengah menghadapi dua situasi berbeda yaitu menggembirakan sekaligus memprihatinkan. Menggembirakan karena kita berada di bulan yang penuh rahmat, berkah dan ampunan Allah SWT yaitu bulan Ramadhan dimana Allah SWT menyediakan banyak peluang dan kesempatan untuk bisa meraih derajat tertinggi seorang manusia di sisi-Nya yaitu Taqwa, tentunya jika diisi dengan amal sholeh, kebaikan dan ketaatan kepada Allah SWT. Adapun memprihatinkan, karena kita masih dihantui menyebarnya wabah penyakit Covid-19 yang sangat serius dan berbahaya karena penyakit ini memiliki kemampuan penyebaran yang sangat cepat, menyerang siapa saja baik tua, muda, kaya, miskin, laki-laki, perempuan, muslim, non muslim, tanpa pandang bulu, dan dapat membawa malapetaka yang mengancam keselamatan jiwa manusia. Data per 4 Mei 2020, penyakit Covid-19 ini telah menyebabkan 248.135 kematian di dunia dan 845 kematian diantaranya terjadi di Indonesia (https://www.worldometers).

Dalam perspektif Islam, terjadinya suatu bencana seperti halnya wabah Covid-19 dapat disikapi atas dua hal:

1. Penyakit Covid-19 adalah musibah sebagai takdir Allah SWT.

Musibah adalah keniscayaan (kepastian) yang tentunya bisa menimpa siapa saja, kapan saja dan dimana saja dan harus dihadapi manusia karena merupakan takdir Allah. Sebagaimana ditegaskan Allah dalam al- Qur’an surat al-Baqarah ayat 155, yang berbunyi:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

 “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” 

Ayat ini menunjukkan bahwa musibah adalah takdir Allah yang harus diyakini selaku muslim yang beriman. Iman pada takdir Allah berarti menyakini bahwa hanya Allah sajalah yang mengetahui ketetapan dan ketentuan takdir-Nya. Namun, ayat ini bukan berarti menuntun kita untuk berpasrah diri saja terhadap apa yang terjadi, dan menganggap seolah-olah dengan kepasrahan itu menjadikan kita orang yang “tawadhu”, ini kesalahan besar! Justru sebaliknya, dengan iman pada takdir Allah, kita sadar sebagai manusia tidak mengetahui ketentuan dan ketetapan yang digariskan Allah, maka kita wajib berupaya sekuat tenaga untuk mencapai kondisi yang kita inginkan atau merubah suatu keadaan yang dihadapi agar menjadi lebih baik. Jangan sampai keimanan kita pada takdir Allah justru menghentikan ikhtiar dan usaha kita padahal kita tidak mengetahui apa yang Allah takdirkan pada diri kita kecuali setelah takdir itu terjadi. Itulah alasannya mengapa selama ini kita harus bekerja, belajar, makan, minum, menjaga kesehatan, berinteraksi sosial, beribadah, dan ssebagainya karena semuanya itu adalah ikhtiar kita untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, seraya bermohon kepada Allah untuk diberikan kekuatan dalam berikhtiar dan kesabaran bila mendapatkan apa yang telah digariskan Allah SWT. Firman Allah dalam surat al-Anfaal ayat 53:

ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

“Siksaan yang demikian adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merobah sesuatu ni’mat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu merobah apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui"

Syeikh Abdul Aziz Ath-Thuraifi Hafizahullah berkata: 

لا يُغيّر الله أحوال الناس إلا بسبب تغيّر أفعالهم

“Allah tidak mengubah keadaan manusia kecuali dengan sebab mereka mengubah perbuatan mereka sendiri"

Oleh karena itu sebagai wujud manifestasi iman pada takdir Allah, kita harus melakukan ikhtiar atau upaya dengan menjaga diri, keluarga, dan lingkungan kita, agar terhindar dari penularan wabah penyakit Covid-19. Hal ini dilakukan dengan disiplin mengikuti dan mempraktekkan apa yang telah disarankan oleh para Ahli Kesehatan melalui kebijakan Pemerintah, antara lain:

a. Selalu menggunakan masker setiap keluar rumah karena virus Covid-19 dapat menyebar percikan air ludah (droplet) dan udara (aerosol).

b. Rajin mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah melakukan sesuatu. Tangan jangan menyentuh mulut, hidung, dan mata sebelum dicuci terlebih dahulu, karena pintu masuk virus ke tubuh manusia melewati 3 organ tersebut.

c. Untuk sementara kita bekerja, belajar dan beribadah di rumah saja (stay at home), hindari keluar rumah jika sangat tidak perlu (social distancing) dan menjaga jarak dengan orang lain minimal 2 meter (physical distancing).

d. Konsumsi makanan bergizi seimbang, jika perlu konsumsi vitamin C dan E.

e. Berolahraga di rumah saja minimal 30 menit untuk kebugaran tubuh.

2. Bencana Covid-19 adalah Teguran Allah SWT

Wabah Covid-19 merupakan teguran dari Allah SWT bagi umat manusia atas dosa, maksiat, dan kemungkaran yang telah dilakukan. Allah SWT menegaskan bahwa diantara sebab terjadinya musibah dan bencana ialah karena dosa-dosa dan maksiat. Firman Allah Q.S. as-Syura ayat 30:

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

“Dan musibah apa saja yang menimpamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah SWT memaafkan sebagian besar (dosa-dosamu).”

Kita tidak sadar, bahwa wabah Covid-19 mungkin terjadi karna ulah kita manusia sendiri. Sebelum adanya wabah ini, kita sendiri telah melakukan wabah kezaliman, kebencian, kecurangan, dosa-dosa dan kemaksiatan. Oleh karena itu, tiada jalan lain selain bertaubat kepada Allah, beristigfar memohon ampunan Allah SWT:

 وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ

“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu” (Ali Imran;133)

Seiring dengan hadirnya bulan Ramadhan merupakan momentum yang tepat untuk membersihkan diri dari dosa-dosa dan kemaksiatan, karena salah satu keistimewan bulan Ramadhan adalah adanya jaminan dari Allah untuk ampunan yang besar dari dosa-dosa yang telah kita perbuat:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Siapa yang puasa Ramadhan karena iman dan berharap pahala, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Oleh karena itu, mari benar-benar kita manfaatkan kesempatan dan peluang bulan Ramadhan untuk meraih ampunan dari Allah SWT, agar Allah angkat azab yang menimpa kita sehingga mampu mencegah penyebaran wabah penyakit Covid 19, sekaligus sebagai sarana untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dengan memperbanyak amal ibadah yang tentunya selama wabah Covid-19 ini cukup dilakukan di rumah saja sebagai wujud keimanan kita pada takdir Allah SWT. Semoga Allah SWT memberikan cahaya Rahman dan Rahim Nya sehingga Negara kita khususnya Negeri kita Provinsi Jambi yang kita cintai ini dapat terbebas dari bencana wabah covid-19. Amin ya robbal alamin. Wallahu a’lam bishawab. 

*Pengurus Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Provinsi Jambi, Wakil Dekan BAKSI FKM Unja*